b:include data='blog' name='all-head-content'/> CERITA HUJAN DIAKHIR JUNI Pernak-pernik Hidup: CERITA HUJAN DIAKHIR JUNI

Rabu, 09 Mei 2012

CERITA HUJAN DIAKHIR JUNI



 Hujan  dipenghujung bulan Juni masih siratkan berjuta cerita disetiap tetesnya yang turun jatuh basahi hatiku yang sempat didera hampa panjang, detakan suaranya yang bernyanyi merdu ramaikan hatiku yang sempat didera sepi.

29 Juni 2011
Aku duduk tersenyum menatap tiap rintik hujan yang turun, keindahan tercipta diantara derai rintiknya. Meski bukan gerimis kecil, tapi entahlah sangat mempesona. Teringat percakapan manis yang pernah  terjadi antara aku dan dia.
“lihatlah hujan itu, apakah kau menyukainya”  ucapnya padaku ketika aku dan dia terjerat hujan sepulang Kuliah, dan kita berteduh di halte menanti hujan reda.
Aku tersenyum dan tiba-tiba saja imajiku liar merangkai kata.
“aku sangat mencintai hujan, karena tiap tetesnya adalah kesejukan dihatiku, tanpa hujan mungkin aku bagai padang pasir yang gersang tanpa oase” ucapku dengan tatapan mata masih menatap tiap rintik hujan yang turun.
Dia tersenyum padaku, senyum itu.. akhh dia adalah laki-laki termanis yang pernah kulihat saat itu.
“Aku ingin seperti hujan itu yang bisa kau cintai sepanjang masa tanpa henti” ucapnya tiba-tiba.
Aku tersentak kaget dan langsung terpaku menatapnya.
“Ada yang salah dengan ucapanku” tanyanya.
Kualihkanlagi pandanganku pada derai hujan yang mulai reda dan sisakan gerimis, harum tanah menyeruak menelusup hidungku. Aroma kesegaran yang tiada terkira. Kuhirup aroma nya dengan pelan ada kedamaian dihatiku.
“aku hanya ingin mencintai hujan, bukan mencintai kamu” ucapku pelan tanpa menatapnya.
Senyumnya hilang, ia diam dan Nampak murung. Tak lagi berkata dan tak lagi membalas kata-kataku.
“Akh.. sudah jangan pasang wajah aneh begitu, ayo senyum nikmati hujan yang turun”
Tiba-tiba saja rona senyum tersirat di wajahnya, dan senyumnya akhh.. dia Nampak lebih manis. Pesonanya melebihi  keindahan pesona hujan saat itu.
Ingat itu ada rindu yang menyeruak menelusup tiap sudut hatiku, ada sebersit bayang-bayang wajahnya diantara derai hujan, detakan suranya seolah menggema di hatiku, ada geletar-geletar galau di jiwaku. Kemana dia menghilang? Mengapa tak ada kabar berita? Akhir Juni yang Risau….
Masih lekat di benakku pertemuan manis yang pernah terjadi.
“Boleh aku mengenalmu”
Tiba-tiba saja seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dan berkulit sawo matang menghampiriku ketika aku sedang duduk asyik di taman belakang kampus. Aku tak mengenalnya, siapa dia? Hanya senyum terbaikku yang kuberikan padanya.
Dia duduk disampingku.
“Aku Ardian” ucapnya mengenalkan diri.
Aku bingung, dan melihat ke arahnya. Mengapa laki-laki ini ingin mengenalku? Jangan-jangan dia adalah penjahat, akhh hentikan pikiran negatif kotorku.
“Kamu Sari kan?” lanjutnya.
Aku mengangguk pelan masih dengan senyuman terbaikku.
“Iya, saya Sari. kamu mengenal saya?” aku balik bertanya.
Ia duduk diam sambil memainkan kuku-kukunya, dan sesekali saja ia mencoba menatapku. Heran aku dibuatnya, sikapnya terlampau sopan dan sangat aneh sekali.
“Saya sering memperhatikan kamu, saya banyak mencari info mengenai kamu. Saya ingin berteman dengan kamu. Boleh?” ujarnya.
Tiba-tiba aja ada perasaan aneh di hatiku, entah aku merasa di perhatikan atau memang aku merasakan rasa bahagia yang cukup indah hari itu. Mengapa cepat bahagia? Bahkan aku sama sekali tak mengenal laki-laki itu, laki-laki yang tiba-tiba datang dan mengenalkan dirinya “ARDIAN”
“tentu saja” jawabku pelan.
Ia tersenyum mendengar jawabanku. Senyum termanis yang pernah aku temukan, dan tanpa sadar aku terpesona akannya. Lagi-lagi mengapa secepat ini?
***
Malam bulan sabit nampak indah di langit sana, ribuan bintang-bintang menjadi pelengkap keindahannya. Kutatap langit malam, berjuta bintang dengan warna yang sama dan ukuran yang berbeda-beda. ada yang nampak lebih terang ada juga nampak redup mungkin karena perbedaan jarak saja. Imajinasiku bermain kembali, ribuan bintang diangkasa sana, satu bintang yang paling terang dan satu bintang diangkasa. Hanya satu bintang yang akan mengisi langit-langit malamku dan langit-langit hatiku, cukup satu bintang saja. Tiba-tiba saja aku teringat pada laki-laki tadi di kampus, Ardian yang menghampiriku dan katakan ingin mengenalku.
Kesan pertama yang ditunjukkannya begitu memikat, secepat ini?
Apakah dia bintang itu?
Akhirnya kutulis kata-kata untuk malam ini,
Ada seseorang datang tiba-tiba, benarkah ia ingin mengenalku? Begitu aku terlalu biasa untuk dia kenal.. akhh Ardian andai kau tau aku merasa sangat tak pantas untuk kau kenal.
“Good Night”
Sederet pesan dari Ardian terbaca jelas di Ponselku.
Aku termenung diam sepanjang malam itu, menatap ribuan bintang di langit sana dan berharap satu bintang. Ardian akhh mengapa ia bermain di benakku.
***

Ardian begitu ia masuk dalam kehidupanku, dengan mata yang tak bisa kubaca dengan hati yang tak bisa kutebak. Hari-hari begitu terlewati bersamanya, berawal biasa tiba-tiba saja ada setitik rasa dii hatiku, Ardian dia laki-laki yang mengisi langit-langit malamku, apakah dia juga mengisi langit-langit hatiku?
Darinya kudapatkan cerita yang tak habis sekedar bercerita, terlalu cepat.. semua terlalu cepat….
Tiba-tiba saja Ardian menghilang… kemana dia? Hilang di akhir Juni dan diantara derai hujan yang menyejukkan. Lalu kutulis sajak pada malam-malamku.
 Ardian,,,,
Tiba-tiba saja kau tak ada… datangmu tanpa kuundang dan pergimu tanpa kau pamit.. kau menghilang,.. sisakan rindu dan Tanya di hatiku.
“Sudahlah berhenti kau menulis kata-kata itu semua” ucap Rina sahabatku ketika ia melihatku memainkan keyboard-keyboard computer tengah malam di kamar.
“Apakah aku benar-benar harus  menghentikan imajinasiku” ucapku.
“ini cerita nyatamu cerita real,, bukan sekedar ada dalam kata-kata jadi apa pentingya imanjinasi jika kenyataan yang kau jalani berbeda. Hentikan khayalan gilamu” jawab Rina dengan sedikit kesal.
“imajinasi adalah awal dari kenyataan, tanpa berimajinasi mungkin semua tak akan terwujud” ujarku dengan mata masih terpaku pada layar computer.
“Akhh kau ini, aneh sekali. Buktinya Ardian menghilang, sementara dalam imajinasimu Ardian masih hadir di hari-harimu”
Aku menghela nafas dalam-dalam.
“sampai kapanpun Ardian akan selalu hidup dalam imajinasiku, karena ia adalah inspirasiku”  jawabku dan menghentikan aktifitas menulisku. Lalu merebahkan tubuhku yang cukup lelah disamping Rina.
“terserah kau saja, selamat menunggu Ardian kembali kekehidupanmu” ucapnya lalu ia merubah posisi tidurnya membelakangiku.
Aku termenung menatap langit-langit kamar.  Lalu tertidur bersama mimpi yang menggantung.
Akhhh semua cerita itu begitu tergambar jelas sekarang ketika ku pandangi hujan di Akhir Juni.
..HUJAN BULAN JUNI...

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

-Sapardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar