LELAKI BERSEPATU UNGU
OLEH :
NEXSIS ALBISRI
Hujan di hari sabtu masih juga enggan berhenti, rintik-rintik derasnya turun membasahi tanah pagi dan pohon-pohon yang nampak ceria dibawah guyuran hujan. Aktifitas hari ini masih berjalan lancar, beberapa siswa terlihat bersemangat pergi kesekolah meski hujan kerap kali mebuat seragamnya basah walaupun sudah memakai payung. Aku merapatkan rapat-rapat jas alamaterku ketika angin berhembus kencang dan membiarkan butir-butiir air hujan menerpaku, dengan susah payah aku berusaha menghindari cipratan air hujan ketika kendaraan melintas disampingku. Akhirnya sampai juga di kampus UNMA. Hujan sudah sedikit reda, rintik-rintiknya kecil dan nampak terlihat indah. Aku berjalan pelan menyusuri parkiran motor dengan rasa dingin yang menusuk-nusuk kulit.
Aku berhenti ketika tepat berada di depan biro fakultas komputer, senyum mengembang dibibir ketika kutemukan beberapa teman akrab dan sobat terbaikku.
“Hai cha, kamu dah datang dari tadi? Tumben nih pagi-pagi udah nyampe” sapaku seraya mecium kedua pipinya.
Echa tersenyum dan menarikku agar duduk disampingnya. Suasana kampus UNMA pagi ini masih terlihat sepi, sebagain biro masih nampak terlihat tutup. Aku duduk diam disamping Echa, dan Echa terlihat enggan membuka obrolan, dia juga nampak diam dan sesekali tatapannya menatap mahasiswa-mahasiwa UNMA yang baru datang. Aku ikut memperhatikan orang-orang yang hilir mudik di depanku. Tiba-tiba tatapanku terpaku pada sepasanng sepatu ungu yang nampak terlihat indah di pakai oleh pemakainya. Mataku tak berkedip menatap sepasang sepatu itu, kulihat pemiliknya seorang laki-laki berperawakan tinggi. Sampai laki-laki itu hilang dari pandanganku aku masih saja menatapnya.
“Cha, kamu lihat gak?” ucapku pada Echa
“Lihat apa Nes?” Echa terlihat keheranan
“laki-laki bersepatu ungu” jawabku
“enggak” jawabnya singkat “ kenapa dengan laki-laki bersepatu ungu” lanjutnya.
“iya enggak kenapa-kenapa, Cuma aneh aja masa ya laki-laki pakai sepatu ungu, jadi lucu gitu cha” ucapku sekenanya dengan sedikit tersenyum simpul.
“aduh Nessa, kamu ini ada-ada aja, selalu merhatiin orang, mentang-mentang kamu suka sama warna ungu neh ada orang yang pakai sepatu ungu jadi kamu perhatiin juga”
Echa menggeleng-geleng kepalanya.
Aku hanya tersenyum-senyum mendengar ucapan Echa. Tiba-tiba saja ponselku bergetar. Segera kuraih, sederet sms kubaca dari Ketua Kelas.
“Masuk di lantai tiga”
“Hayu cha, masuk di lantai tiga” aku menarik tangan Echa.
Namun ketika baru saja kunaiki anak tangga yang pertama, aku kembali melihat laki-laki bersepatu ungu berjalan kembali dari arah tadi dia menghilang. Aku terdiam memandangnya, bukan.. aku bukan memandang orangnya, tapi sepatunya ungu sangat menarik dan lucu.
“Nes, kamu lihat apaan sih hayuk” Echa mengagetkan dan membuyarkan tatapanku. Sejenak kulihat lelaki bersepatu ungu melihat ke arah ku, segera kupalingkan pandanganku dan berjalan menaiki tangga menyusul Echa.
Dan semenjak saat itu aku memanggilnya lelaki bersepatu ungu..
Dia kutemukan diantara hilir mudik jiwa-jiwa yang berlalu lalang seusai hujan Hari Sabtu membasahi mentari…
Warna ungu indah menari-nari di kakinya, warna yang amat kupilih diantara warna-warna lainnya…
***
Hari Sabtu, ya,, kembali kutemukan hari sabtu. Seperti sabtu-sabtu biasanya setiap hari sabtu aku harus berangkat kekampus. Karena jadwal kuliahku hanya Sabtu-Minggu, aku mengambil kelas Non Reguler Jurusan Sistem Informasi. Sedangkan hari-hari biasa ku habiskan dengan bekerja santai di sebuah perusahaan kecil di dekat Kampus. Aku duduk-duduk santai di taman belakang kampus dibawah pohon alpukat. Mentari pagi ini cerah tak seperti biasanya mendung dan selalu diikuti hujan. Taman belakang ini dekat sekali dengan kantin, dan ditaman ini aku bisa melihat berbagai manusia dengan gaya dan fashion yang berbeda-beda berjalan menuju kantin. Kadang mereka bergerombol, kadang juga hanya berdua atau sendirian tanpa teman. Tanpa sadar aku mencari-mencari lelaki bersepatu ungu, namun belum juga terlihat. Sudah dua minggu lebih aku belum melihatnya di kampus. Terakhir kali aku bertemu ketika dia duduk santai di atas gedung fakultas FKIP, dan sebelum itu aku sering melihatnya di kantin, di mushola atau berpapasan langsung denganku. Seperti biasa juga, aku selalu fokus pada sepatunya yang berwarna ungu.
hariku terasa tak berwarna, ketika tak kulihat sepasang sepatu berwarna ungu berjalan melintas dihadapanku, entahlah ada kekuatan apa dalam warna ungunya? Yang kutahu aku ingin kembali menemuinya
“Hai Nes, waduh pagi-pagi udah ngelamun nih” Tiba-tiba saja suara Haikal mengagetkanku.
“ih Haikal ngagetin aja ah..” hardikku dengan sedikit kesal.
“Ke kantin yuk Nes, teman-temen katanya lagi pada di kantin, lapar nih belum sarapan” ajaknya.
“aduh lagi males nih Kal, kamu aja tar aku nyusul”
“gak bisa gitu dong Nes, pokoknya kamu harus ikut”
Haikal memaksaku pergi kekantin, dan aku mengikutinya.
Kantin UNMA Sabtu pagi ini sudah terlihat ramai, hampir semua bangku penuh diisi oleh mahasiswa-mahasiswa yang sengaja duduk-duduk santai atau sarapan menggantikan sarapan paginya di rumah.
Aku duduk dibangku yang memundar di depan pedagang baso. Beberapa temanku sudah duduk dengan santai termasuk Echa yang terseyum manis kepadaku.
“Nes, ada yang mau kenalan sama kamu” Haikal membuka pembicaraannya.
“Siapa?” tanyaku tanpa rasa penasaran.
“Namanya Vano, katanya sih dia pengen kenal gitu sama kamu. Aku udah ngasih nomor kamu sama vano”
“Ich Haikal, ngapain nomor aku dikasih-kasihin gitu sih, sembarangan aja kamu” aku sedikit kesal.
“Vano tuh anaknya baik kok Nes, pokoknya tar besok dia pengen ketemu kamu gitu, siap-siap ya dandan yang rapi buat ngadate perdana Nessa, hehe” celoteh Haikal dengan ngasalnya.
Sementara teman-temanku yang lain ikut menertawakan aku yang sedikit kesal namun pada akhirnya aku ikut tertawa juga.
***
Hari Sabtu, ah aku tak pernah bosan menemui hari sabtu. Hari ini aku merasakan pusing yang tiada terkira, hanya dalam beberapa jam lagi UTS akan dimulai, tapi aku masih saja belum mempunyai kartu tanda peserta UTS. Masalahnya karena aku belum membayar SPP dan uang SKS.
“Nessa…” sapa Haikal.
Ahh Haikal selalu mengagetkan ku dengan sapaannya yang mendadak.
“Ness, kamu enggak pernah balas sms Vano yah”
“Sms apa, aku enggak pernah dapat sms dari Vano” jawabku sedikit keheranan.
“Masa sih, eh tuh ada orangnya”
“mana? “
“itu yang pake jaket abu-abu” tunjuk Haikal kearah fakultas FKIP, dan nampak disana seorang laki-laki dengan kepala ditutupi jaket sehingga aku tak dapat melihatnya dengan jelas.
“ouh itu” jawabku sekenanya.
“ciee… deg-degan ya Nes, “ gurau Haikal
“iih Haikal apaan sih? Aku lagi pusing nih mau UTS, belum punya kartu eh kamu malah ngomongin Vano terus” jawabku kesal.
“aduh Nesa, jangan marah gitu dong, tuh orangnya mau kesini, ayo ngobrol sama Vano” ajak Haikal menarik-narik tanganku.
“enggak mau Kal” tolakku kesal.
Haikal meninggalkanku dan menghampiri vano yang sudah duduk di deretan kursi depan biro Fakultas FIKOM.
Aku menoleh dan mencuri pandang pada Vano,
“Ya Ampun” aku terbelalak kaget tak percaya ketika kulihat sepatunya berwarna ungu, dan orang itu adalalah orang yang sama yang sering aku lihat dan kujuluki lelaki bersepatu ungu.
Dia tersenyum padaku, aku segera mengalihkan pandanganku. Ketidakpercayaan masih memutar-mutar dipikiranku. Vano.. lelaki bersepatu ungu… aku bungkam tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Kemudian sejenak semua serasa berwarna ungu, langit ungu, lantai kampus ungu, dinding tembok ungu, semua orang berwarna ungu, jiwaku berwarna ungu, hatiku tak menentu.
- Selesai –
Cikaliung, 11 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar